Pilih mana, Bodoh yang pintar atau Pintar tapi bodoh ???
Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia terdapat kata “bodoh” dan “pintar”, kalau
ada kata “bodoh” berarti “ada orang yang bodoh, ya nggak,
Akan tetapi apakah betul ada orang yang bodoh?
Kalau ada, apakah dia betul-betul orang bodoh?
Kenapa?
Karena ada juga yang namanya pintar-pintar bodoh.
Masih ingat ‘kan, judul film pintar-pintar bodoh.
Banyak pintarnya dari pada bodohnya? Lha kok bisa-ya!
Nggak baca?
Kalau nggak, coba baca…. “pintar” satu kali, kemudian “pintar” lagi, dua kali, baru “bodoh” satu kali, nah banyak yang mana?
Banyak pintarnya ‘kan daripada bodohnya.
Secara matematis dua pintar dikurang satu bodoh sama dengan satu pintar. betul nggak?
Kalau betul, ponten seratus buat Anda.
Lha, untuk kata bodoh saja panjang sekali penjelasannya! ya suka-suka yang nulis dong.
Sekarang ini ‘kan eranya reformasi, bebas mengemukakan pendapat, bebas berekpresi, walaupun ada yang mengatakan,” agak kebablasan.”
Satu lagi yang unik, orang “pintar” nggak ada, kalau ngak ada orang yang bodoh, lha kok bisa!, coba dong jelaskan?
Mau!, “ya maulah,” begitu aja ‘kok repot.
Coba saja hapus kata
bodoh yang ada dikamus itu, nah kalau sudah ngak ada kata
bodoh berarti
nggak ada lagi orang bodoh, yang ada hanya kata pintar, berarti semuanya ‘kan orang pintar.
Betul ngak? ‘Kok, penjelasannya bikin tambah bingung. Nggak apa-apa ‘kan sekalian bingung. Hahaha.
–
“Kalau bukan karena
kepedihan, tidak akan ada ketenangan. Kalau bukan karena penderitaan,
kita tidak akan mengenal arti kebahagiaan. Segala sesuatu memiliki
tatanan dan kekuatan.” Kepedihan membentuk orang-orang besar.
—-
Okay, mari kita ikuti saja, betul ada orang yang bodoh. Biasanya orang bodoh itu pastinya “nggak pernah lulus sekolahnya.”
Kalau ngak lulus sekolah berarti ngak punya ijazah.
Padahal kalau mau kerja, syarat utamanya harus punya
ijazah. Kalau nggak punya ijazah bagaimana mau kerja? Ya nggak bisa.
Lha, berarti ngak kerja. Ya, iya-lah, kecuali mau kerja sebagai buruh
kasar yang ngak perlu ijazah.
Kalau nggak mau juga,jual saja warisan leluhur untuk modal usaha.
Apakah bisa sukses? Ya, bisa dong! Anda itu ‘kan sebenarnya termasuk orang yang sukses.
Anda
saja yang nggak pernah sadar, kalau Anda sebenarnya adalah orang yang
sukses sebagai pemenang, Sukses sebagai seorang juara.
Dari sekian banyak sperma hanya satu yang berhasil sukses membuahi sel telur kemudian lahirlah seorang anak manusia.
Manusia
adalah mahluk yang paling sempurna dibandingkan mahluk-mahluk lain
ciptaanNya. Sebagaimana yang dinyatakan pada ayat Al-Quran sebagai
berikut :
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak cucu adam, dan kami angkutmereka di daratan dan lautan, dan
Kami telah memberikan rezeki yang baik kepada mereka, dan kami telah
lebihkan mereka dari antara makhluk-makhluk yang telah Kami ciptakan
dengan kelebihan yang sempurna.” (QS. Al-Isra:70)
–
Manusia itu juga sangat luar biasa. Semua makhluk makrokosmos ditaklukan
oleh makhkuk mikrokosmos. Gunung,lautan dan oksigen, semua diciptakan
Allah untuk mengabdi bagi kepentingan manusia.
–
” Dan Dia (Allah) menundukkan untuk kamu; semua yang ada dilangit dan di bumi.” Qs Ibrahim [45]:13
—-
Jadi sukses itu nggak ada kaitannya dengan ijazah.
Contohnya siapa? Mau tahu!…
Coba saja tanya Andri Wongso sang Motivator nomer wahid di negeri ini, apakah lulus SD? Pasti jawabnya ngak lulus.
‘Kok tahu nggak lulus SD, dari mana?
Ya, tahulah, karena dibelakang namanya selalu dituliskan Andri Wongso SDTT.
Wah, titel dari mana tuh? Dari “langit.”
Bukan, itu bukan titel. Kalau bukan titel apa dong namanya?
Mau tahu lagi!
Itu akronim dari “Sekolah Dasar Tidak Tamat Tapi Bisa Sukses,” masa iya
sih! Kalau nggak percaya tanya saja sendiri, betul nggak.
Yang lebih luar biasa lagi, coba tanya Andri Wongso, berapa banyak orang
yang pernah mengikuti seminar-seminarnya, pasti nggak kehitung.
Dari sejumlah yang ikut seminar-seminar itu coba tanyakan, “berapa
banyak jumlahnya yang tidak lulus SD,” bisa dipastikan jawabannya,
“tidak ada, alias semuanya lulus SD,”
lha kalau begitu,” apanya yang luar biasa?”
Masa nggak tahu sih, Andri Wongso itu ‘kan ngak lulus SD tapi peserta
seminarnya semuanya lulus SD bahkan mungkin tidak sedikit yang Es satu
alias Sarjana gitu loohh, seperti salah satu kawan saya yang Es satu
dari Salah satu Universitas Negeri, juga pernah ikut seminarnya Andri
Wongso.
Luar biasa ‘kan, Es satu berguru kepada yang nggak lulus SD.
Betul juga ya, kata salah satu ungkapan,” Jangan lihat siapa yang
menyampaikan kebenaran, tapi lihatlah apa yang disampaikannya tentang
kebenaran.”
Kembali lagi soal Ijazah, Apa sih Ijazah itu, sebegitu pentingkah Ijazah itu?
Masa sih, nggak tahu, wah apa ya!
Ijazah adalah selembar kertas dimana diatasnya tertulis sebuah Nama yang
dinyatakan telah lulus dan berhak menyandang gelar kesarjanaan.
Nah sudah tahu ‘kan apa yang namanya Ijazah.
Kemudian, seberapa pentingkah ijazah itu? Ya pentinglah! Kalau mau kerja
kantoran atau mendaftar sebagai caleg atau capres perlu ijazah.
Tapi bagaimana kalau nggak punya ijazah, ya sudah, jadi pengacara saja.
Lho..lho..lho, ‘kok nggak punya ijazah di suruh jadi pengacara.
Eh..eh ntar dulu, bukan pengacara seperti OC Kaligis atau
Hotman Paris yang memberi kado ulang tahun anaknya Mobil Bentley seharga 9 Milyar itu, yang dimaksud adalah pengangguran tapi banyak acara, oooh gitu tuh.
Nah sekarang balik lagi soal “orang bodoh”, Lha ‘kok balik lagi. Kenapa?
Mau tahu ? Orang bodoh itu ‘kan sulit cari kerja, karena ngak punya ijazah, akhirnya berbisnis.
Supaya bisnisnya berhasil, mau ngak mau, harus mempekerjakan orang-orang
pintar. Jadilah orang pintar kacungnya orang bodoh. Ada kalanya orang
pintar di pintarin oleh orang bodoh. Lha kalau begitu, siapa yang pintar
dan siapa yang bodoh, kenapa?
Karena orang pintar saja, bisa di bodoh-bodohin sama orang bodoh.
Selanjutnya, sibodoh itu ‘kan sering buat kesalahan, nah untuk
memperbaikinya biasanya sibodoh mempekerjakan dan menggaji orang-orang
pintar, maka jadilah sipintar bekerja untuk sibodoh.
Kemudian, orang pintar berfikir, sekolah supaya mendapatkan ijazah dan
rangking agar mudah mendapatkan pekerjaan. Sementara orang bodoh
berpikir bagaimana memperoleh uang sebanyak mungkin agar dapar membayar
proposal proyek yang disampaikan oleh orang pintar.
Sibodoh selalu berfikir peluang apa yang bisa dijadikan uang, sementara
sipintar berfikir siapa yang bisa memberi upah yang besar.
Oh ya, orang bodoh itu ‘kan sulit masuk perguruan tinggi negeri. Agar
bisa masuk, mau nggak mau menggunakan orang pintar ikut tes ujian
masuk, maka jadilah orang pintar
jokinya orang bodoh.
Kesimpulan:
1. Jadilah orang bodoh yang pintar daripada jadi orang pintar yang
bodoh. Orang pintar merasa dirinya lebih hebat sehingga ngak mau lagi
belajar akhirnya kembali menjadi bodoh.
2. Orang bodoh biasanya tidak berpikir panjang, tidak pernah berpikir resiko, maka dia bilang ini untungnya besar sekali,
pikirannya difokuskan untuk memperoleh keuntungan besar kemudian berusaha agar betul-betul memperoleh keuntungan yang besar dan berhasil.
3. Orang pintar terlalu banyak berpikir maka dia bilang, “wah ini
resikonya besar,” dan ngak berani mengambil resiko akhirnya tidak
berbuat atau bertindak maka jadilah kacung seumur hidup pada orang
bodoh.
dicopy dari http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2012/07/15/sttt-ini-betul-betul-rahasia-3-477176.html
Tgl 22 Juni 2013